Oleh: Redaksi e-Newsletterdisdik | Mei 4, 2010

Sartono, Maestro Hymne Guru yang Terabaikan

Sartono, Maestro Hymne Guru yang Terabaikan

 Liputan6.com, Jakarta: Nasib seorang maestro terkadang tidak sebaik mahakaryanya. Sartono, sang pencipta lagu wajib “Hymne Guru” kini hanya hidup sederhana di rumah berdinding kayu. Yang lebih miris, tak ada sepeser pun uang pensiun yang diterima mantan guru tersebut.

Kala itu, Sartono, seorang guru era-80an mengikuti lomba mencipta lagu pendidikan. Dari 330 peserta, lagu ciptaannya menjadi pemenang. Ia pun mendapat hadiah Rp 750 ribu dan dikirim ke Jepang bersama belasan guru teladan. Walau seorang guru, ternyata ia tidak pernah diangkat menjadi guru tetap. Honornya pun tergolong kecil, hanya Rp 60 ribu. Dan kini, sang pahlawan tanpa tanda jasa itu tidak menerima bantuan apapun dari pemerintah. Sangat disayangkan.(WIL/AYB)

Lihat tayangan berita dalam video, [klik disini]


Tanggapan

  1. Posting yang menarik, salam kompak dan semoga sukses.
    Silahkan kunjungi Blog kami http://www.harisistanto.wordpress.com, baca posting baru kami berjudul : “Pompa Turbin pertama di Kabupaten Sikka”, serta artikel lain yang bermanfaat, dan mohon diberi komentar. Terima kasih.

  2. —————–
    اَلسَّلاَ مُ عَلَيْكُمْ وَرَ حْمَةُا تُهُ اللهِ وَبَركَا تُهُ
    —————————–

    Sabar Pak Sartono, Kalau amal ikhlas akan berpahala dan dibalasi dengan syorga.

    Sekarang “Guru tanpa tanda jasa” jumlahnya tidak banyak lagi, karena telah disertifikasi, dan juga tidak butuh “Hymne”.

    Wassalam.


Tinggalkan Balasan ke Haris Istanto Batalkan balasan

Kategori