Oleh: Redaksi e-Newsletterdisdik | Juli 8, 2008

Membuka Jejaring Kerja dari SMK

Membuka Jejaring Kerja dari SMK

Oleh: Mohammad Saroni,

Guru SMK Brawijaya Mojokerto

a. Latar Belakang

 

Perkembangan jaman menuntut setiap orang untuk selalu siap meng-hadapi setiap fenomena yang tumbuh di masyarakat. Globalisasi adalah salah satu contoh konisi yang fenomental bagi kehidupan personal sebagai individu atau sebagai bagian masyarakat.

Dalam hal ini, kita mengetahui bahwa untuk menghadapi kondisi, maka peningkatan kualitas sumber daya manusia menjadi solusi tertepat. Dengan kualitas SDM yang mumpuni, maka setiap tantangan dari kehidupan dapat diatasi dengan segera dan tepat.

Salah satu upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia adalah dengan meningkatkan keterampilan diri. Keterampilan yang dimiliki haruslah lebih spesifik sehingga dapat dijadikan sebagai life skill dan kekhasaan diri dibandingkan dengan orang lain.

Maka tidak heran jika Pemerintah mencanangkan program 60 : 40, yaitu program perbanyakkan jumlah sekolah kejuruan dibandingkan sekolah umum. Peningkatan rasio ini semata-mata untuk mempersiapkan generasi muda dengan pembekalan keterampilan sesuai tuntutan jaman. Dan, sekolah kejuruan adalah jawaban yang paling tepat.

 

b. SMK sebagai Sekolah Program Keahlian

 

Sebagai sekolah kejuruan, maka aspek-aspek keterampilan merupakan bidang garapan yang paling utama dari proses pemelajarannya. Dalam hal ini diwujudkan dalam pembagian kelompok pelajaran menjadi 3 (tiga), yaitu adaptif, normative dan produktif.

Ketiga aspek pemelajaran yang diterapkan di sekolah kejuruan memberikan nilai plus sekolah kejuruan dibandingkan sekolah umum. Khususnya dalam hal ini adalah aspek produktif. Aspek ini memungkinkan siswa mendapatkan bekal keterampilan yang dapat dijadikan sebagai modal kerja.

Maka, tidak heran jika kita mengatakan bahwa SMK sebagai sekolah Program Keahlian. Di SMK inilah anak didik diberi pendidikan dan pelatihan sekaligus sehingga hasil pemelajarannya utuh. Tidak hanya aspek afektif, kognitif, tetapi sekaligus psikomotor.

Sebagai sekolah program keahlian, maka di dalam proses pemelajaran anak didik diarahkan untuk dapat menguasai satu keahlian khusus yang menjadi modal hidupnya. Keahlian ini dibina secara intens oleh para guru yang kompeten dalam bidangnya. Bahkan tidak jarang, sekolah mendatangkan orang-orang professional dalam bidangnya untuk ikut secara aktif melatih anak-anak sehingga keahliannya semakin bagus. Memanfaatkan narasumber dari para professional di bidangnya. Dengan demikian, maka diharapkan anak didik mendapatkan informasi yang lengkap dan jelas dari orang-orang yang berkompeten di bidangnya.

 

c. Adanya Kegiatan Praktik di SMK

 

Untuk menunjang program keahlian yang dialokasikan untuk anak didik ini, maka didalam proses pemelajaran dilakukan pada dua kondisi, yaitu teoritis dan praktis. Teoritis diberikan untuk pemelajaran aspek adaptif dan normative, sedangkan aspek produktif harus dilakukan di bengkel sekolah dalam bentuk pemelajaran praktik.

Pemelajaran praktik dialokasikan dalam 3 (tiga) tingkatan, yaitu praktik dasar, praktik lanjut dan praktik produksi. Praktik dasar diberikan sebagai upaya melandasi keterampilan anak didik sehingga di dalam proses kerjanya melakukannya secara benar dan baik, sesuai dengan konsep atau teorinya. Praktik lanjut diberikan sebagai peningkatan kemampuan untuk bekerja dengan melakukan pekerjaan menggunakan mesin untuk pekerjaan-pekerjaan kecil dan sederhana. Sementara praktik produksi diberikan sebagai upaya untuk mempersiapkan anak didik menjadi orang-orang yang terampil pada bidangnya dengan membuat barang-barang yang layak pakai dalam masya-rakat.

Di bengkel sekolah, anak didik dihadapkan pada kondisi kerja, yaitu sebuah ruangan yang dibuat sesuai dengan tempat kerja dengan harapan anak didik menjadi terbiasa untuk memposisikan diri dalam bekerja. Dengan demikian, maka anak didik sudah terbiasa pada dunianya nanti. Disamping itu adalah bertujuan untuk melatih mental anak pada posisi kerja agar pada saat bekerja di masyarakat tidak kaget dan melarikan diri dari pekerjaan.

Anak-anak sekolah kejuruan memang sudah diplot sedemikian rupa sehingga dapat bekerja sebagaimana program keahlian yang dipilihnya. Bahkan salah satu program aplikasi yang cukup signifikan dalam upaya membuka jejaring kerja dari SMK adalah Program PSG atau Pendidikan Sistem Ganda, yaitu sebuah program pendidikan yang dilakukan di dua tempat, di sekolah dan di dunia usaha/dunia industri sebagai rekanan. Dengan PSG ini, maka terbuka kesempatan interaksi anak dnegan dunia usaha/dunia industri sehingga terjadi transaksi kebutuhan tenaga kerja. Tidak jarang dari proses PSG ini, maka anak didik terikat kontrak kerja dengan tempatnya melaksanakan PSG, Praktek kerja industri.

 

d. Eksistensi UPJ

 

Sementara untuk mewadahi hasil kerja anak didik pada setiap praktik produksi, maka di setiap sekolah kejuruan seharusnya dibentuk sebuah kelompok kerja yang menangani barang-barang pasca praktik anak didik.

Kita perlu menyadari bahwa hasil kerja anak didik adalah barang-barang yang dialokasikan untuk kebutuhan masyarakat, maka tidak heran jika diper-lukan pintu ataupun jembatan penghubung antara hasil kerja anak didik dengan masyarakat atau konsumen.

Untuk kebutuhan tersebut, maka Unit Produksi dan Jasa adalah jawaban yang tepat. Dengan adanya UPJ di sekolah, maka terbuka interaksi atau akses sekolah dengan masyarakat, khususnya pemanfaat hasil kerja anak didik.

Dengan adanya UPJ ini, maka produk kerja anak didik tidak hanya menumpuk di gudang bengkel sehingga berkarat dan rusak. UPJ inilah yang bergerak untuk ‘menjual’ ke masyarakat. Untuk hal tersebut, maka barang-barang yang diproduksi anak didik memang harus benar-benar layak jual.

Dan, dari hasil penjualan barang produk kerja anak didik ini, maka pokja UPJ dapat membeli bahan baru untuk menghasilkan barang atau produk baru lagi. Dengan demikian, maka cost yang harus dibayar orang tua menjadi lebih  sedikit. Hal ini menjadi sangat penting sebab harga bahan untuk praktik, yaitu baja setiap saat mengalami perubahan harga, menjadi lebih mahal.

UPJ dialokasikan sebagai salah satu solusi untuk mengurangi Cost yang harus diberikan orangtua siswa sebab barang produk dijual kepada masyarakat dan dana hasil penjualan dipergunakan kembali untuk membeli bahan praktik.

Secara singkat di dalam hal ini bahwa eksistensi pokja UPJ adalah untuk membantu memasyarakatkan, menghubungkan hasil kerja anak didik dengan masyarakat pemakai barang sehingga selanjutnya hal tersebut berdampak pada turunnya cost yang harus dibayarkan masyarakat untuk proses pemelajaran anak-anak.

Tentunya, jika hal ini dapat diwujudkan, maka upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia sekaligus proses pembentukan tenaga-tenaga yang mampu berwirausaha benar-benar dapat terwujudkan.

Pada sisi yang lain, dengan adanya UPJ ini, maka anak didik dapat membangun jejaring kerja atau network dengan masyarakat sehingga pada saat mereka sudah menyelesaikan masa belajar, maka mereka sudah mem-punyai pangsa pasar untuk barang produknya.

 

e. Membuka Jejaring Kerja

 

Sebagai sekolah kejuruan yang mengutamakan aspek keterampilan produktif bagi anak didiknya, maka sudah seharusnya sekolah membentuk jejaring kerja untuk tindak lanjut kegiatan pemelajaran.

Jejaring kerja yang dibuat oleh sekolah merupakan sarana bagi sekolah secara umum untuk memperkenalkan hasil praktik kerja produksi anak didik kepada masyarakat industri.

Jejaring kerja adalah sebuah kongsi jangka panjang untuk memberikan kemudahan bagi sekolah atau anak didik dalam memasarkan hasil kerjanya. Dengan jejaring kerja ini, maka setiap kegiatan praktik anak didik adalah kegiatan bermanfaat, bukan sekedar praktik.

Dengan demikian, maka diharapkan tercipta interaksi positif untuk masing -masing pihak. Sekolah, khususnya anak didik diuntungkan sebab dapat membuat produk dan mempunyai penyaluran, sedangkan dunia in-dustri atau masyarakat mendapatkan barang yang dibutuhkan.

Jika jejaring kerja ini dapat diciptakan, maka posisi sekolah kejuruan dapat memegang kendali teknologi dan orang-orang yang berkecimpung di dalam sekolah kejuruan menjadi begitu pentingnya bagi dunia industri.

Kondisi ini berarti kita telah memboyong kenyataan bahwa sekolah kejuruan merupakan institusi penting dalam dunia kerja, khususnya dalam upaya penyediaan tenaga kerja terampil yang siap kerja, sesuai dengan program keahlian masing-masing.

Pada sisi yang lainnya, dengan jejaring kerja ini, maka anak didik yang sudah menyelesaikan program belajarnya secara langsung dapat memper-oleh pekerjaan sesuai keahliannya sehingga tidak terjadi pengangguran terdidik atau pengangguran terampil! Dan, secara keseluruhan hal tersebut berarti kita telah meningkatkan kualitas pendidikan kita.

 

f. Peranan Masyarakat

 

Sementara untuk keberlanjutan program yang disusun sekolah dan dunia industri atau masyarakat, maka peranan masyarakat sangatlah penting. Hal ini karena dunia pendidikan adalah bagian dari masyarakat dan masyarakat mempunyai kewajiban dan tanggungjawab yang sama dengan sekolah terhadap upaya pengadaan proses pemelajaran yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Berkaitan dengan peranan masyarakat dalam membuka jejaring kerja di SMK ini, maka kerja sama dengan masyarakat merupakan kunci utama. Tanpa membuat kerjasama yang sinergis dan konsisten, tentunya program yang disusun tidak dapat berjalan sesuai keinginan atau tujuannya.

Pendidikan itu bagian dari masyarakat, bahkan ada yang mengatakan dari masyarakat, untuk masyarakat dan oleh masyarakat. Artinya masya-rakat mempunyai kewajiban dan tanggunjawab yang tidak kecil atas keber-langsungan proses pemelajaran.

Selama ini, kita harus mau mengakui bahwa masyarakat hanyalah sebagai konsumen atas proses pemelajaran di sekolah kejuruan dan tidak terlibat secara langsung di dalam proses tersebut. Maka, tidak heran jika seringkali terjadi penyimpangan isi pemelajaran dengan kebutuhan masyarakat. Walau pemerintah telah memberikan batas-batas pemelajaran, tetapi ternyata masih belum menyentuh kebutuhan masyarakat.

Untuk itu, maka peranan masyarakat di dalam proses peningkatan proses pemelajaran dan selanjutnya upaya membuka jejaring kerja sangat penting bagi sekolah kejuruan. Sekali lagi, dalam hal ini kita berusaha untuk menem-patkan masyarakat sebagai mitra atau institusi pasangan bagi sekolah, khususnya untuk membuka jejaring kerja ini.

Sekali lagi, kita berusaha untuk mengganti posisi masyarakat yang selama ini hanya sebagai konsumen dunia pendidikan menjadi pelaku utama dunia pendidikan, setidaknya ikut berperan aktif dalam dunia pendidikan. Hal ini sangat penting terkait dengan kenyataan bahwa kebutuhan masyarakat atas kompetensi siswa lulusan selalu mengalami perubahan.

Dengan memposisikan masyarakat sebagai bagian integral dari program membuka jejaring kerja ini, maka semakin jelas bagi sekolah aspek-aspek yang harus dilakukan sehingga dapat menutup kebutuhan masyarakat atas lulusan atau produk/outcome dari sekolah.  Hal ini memungkinkan terjadinya simbiosis mutualisme antara sekolah dengan masyarakat. Semua aspek pemelajaran yang dilakukan di sekolah dapat mengacu pada aspek-aspek yang dibutuhkan oleh masyarakat sehingga tidak terjadi program macan kertas. Tidak terjadi kesalahan dalam pelaksanaan program di sekolah diban-dingkan kebutuhan masyarakat. Dan, yang jelas masyarakat nantinya tidak hanya mampu memberikan komentar terhadap hasil pemelajaran seenaknya sebab dengan keterlibatan mereka di dalam program kerja, tentunya segala hasil program merupakan hasil kerja mereka juga.

 

g. Pentingnya Jejaring Kerja bagi Sekolah

 

Dari sekian banyak penjelasan tentang jejaring kerja, maka setidaknya kita dapat mengambil kesimpulan bahwa di dalam pemelajaran kejuruan, jejaring kerja merupakan hal penting bagi keberlangsungan proses pemelajaran.

Jejaring kerja ini merupakan jembatan penghubung dunia pendidikan dengan dunia industri atau masyarakat sehingga menjadi sangat penting terhadap eksistensi sekolah secara keseluruhan.

Masyarakat dapat mengetahui segala hal yang dilakukan di sekolah kejuruan dan selanjutnya terlibat secara aktif dalam setiap langkah yang diambil oleh sekolah terkait dengan kebutuhan masyarakat.

Bagi sekolah kejuruan, jejaring kerja merupakan sebuah keharusan dan tidak dapat dianggap remeh. Sebab berkembang tidaknya sebuah sekolah kejuruan sebenarnya tergantung pada seberapa luas sekolah membuka jejaring kerja dengan masyarakat. Semakin luas jejaring kerja yang dibuka, maka semakin bagus kredibilitas sekolah di mata masyarakat.

Pada sisi yang lainnya, dengan jejaring kerja yang luas dan baik, maka sebenarnya sekolah telah memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi  masyarakat untuk berperan dalam pendidikan. Sehingga tidak hanya pandai berkomentar atas kondisi pendidikan. Tidak hanya pandai mengorek melain-kan pandai juga dalam ikut serta mengelola proses pendidikan yang ideal.

Dengan jejaring kerja ini, maka terjadi ikatan batin antara sekolah dengan masyarakat sehingga setiap kali ada permasalahan, maka masyarakat secara spontan mengulurkan tangan untuk membantu. Hal ini tentunya sangat bagus bagi sekolah dan masyarakat secara umum.

Sekali lagi, jejaring kerja sangatlah penting bagi upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia yang mempunyai kompetensi sesuai dengan kebutuhan masyarakat sebab kebutuhan masyarakat terakomodasi sebagai konsekuensi eksistensi masyarakat di dalam jajaran pendidikan, meskipun hanya sebagai institusi pasangan.

Begitulah seharusnya yang kita lakukan untuk dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang diharapkan dari sekolah kejuruan. Jejaring kerja menjadi harapan yang cukup besar agar ada kelanjutan yang berkesinambungan antara dunia pendidikan dan dunia kehidupan masyarakat.

Sebagai dunia yang penuh idealisme, maka sudah seharusnya didukung dengan konsep-konsep terpakai dalam kehidupan masyarakat sehingga semangat para pelaku pendidikan benar-benar maksimal.

Sekali lagi, sekolah kejuruan sudah saat mewujudkan sebuah jejaring kerja yang kokoh agar proses pembelajaran yang dikelolanya bukan sekedar menjadi pecundang, melainkan muncul sebagai pemenang dalam konteks peningkatan kualitas sumber daya manusia yang dihasilkan.


Semoga!

 

—————–

(Download artikel ini dalam format word document, klik disini)


Tanggapan

  1. Artikel anda cukup menarik, saya ingin tahu penerapan di sekolah tentang beban mengajar guru 24 jam masalahnya masih banyak guru belum terpenuhi jumlah jam mengajar tsb, penerapan 1 jam tatap muka ekuivalen dengan 2 jam praktek di sekolah, 1 jam tatap muka ekuivalen 4 jam di industri

  2. pro Bpk Sugeng S
    Yang saya ketahui Bahwa:
    pembelajaran 1 Jam pelajaran di bengkel/praktek ini dinilai sama dengan 2 jam pelajaran tatap muka di kelas, sedangkan 1 jam pelaksanaan pembelajaran di industri sama dengan 1 jam pembelajaran tatap muka di kelas.
    jika ada teman yang kurang terpenuhi jam mengajarnya, kenapa tidak menggunakan team teaching atau pembelajaran blok. itu pemikiran saya, kalau salah mohon maaf

  3. Selamat Siang Pak Sugeng.
    Insya Allah Kami akan memulai pendirian Balai Kerja Khusus ( BKK ) di SMK Kami di Sumatera , untuk itu Kami mohon Bapak membantu mengirimkan contoh proposal pendirian BKK di SMK Teknik Mekanik Otomotif.
    Kami akan sangat berterima kasih jika Bapak berkenan membantu.
    Wassalam

    Chairil Sihombing
    SMK Negeri 2 Tebing Tinggi
    Sumatera Utara
    HP.0813-61130836

  4. Met malem….Bpk. Muhammad Saroni.
    Gimana Mojokerto….skr..???Oh yach saya senang bisa jumpa dengan sesama rekan guru SMKN…skr saya berada di Kalsel tepatnya di Banjarbaru…saya mengajar bidang Pariwisata..jurusan Usaha Jasa Pariwisata dan jurusan ini baru dua tahun dan juga usai sekolah ini juga abru 4 tahun.
    Membaca artikel Pa Saroni memang sangat benar sekali sesuai dengan apa yang ditulis .Namun aa masalah .contoh kasus adalah tentang kompetensi guru UJP…ada dua orang guru yang “memaksakan mengajar di bidang ini tanpa didasari basis keilmuan dan pengalaman di bidang Pariwisata..maaf Bhs.Inggris saja mereka tidak bisa lalu bagaimana sekolah akan maju.
    Di wilayah ini(Banjarbaru,Kalsel) sepertinya tidak secara benar orang dididik tentang menjujung tinggi sportivitas keilmuan.Mereka sama sekali tidak berkomepten tapi dipaksakan bahakn salah satu dari mereka malah jadi ketua program UJP.Bagaimana sebuah sekolah SMK bisa berkembang denga baik kalau gurunya tidak mengetahui apa dan bagaimana mengajarkan bidang Pariwisata (UJP) ???
    Baiklah pak mungkin sekian dulu email pertama ini.Mohon tanggapannya .
    (Rumah saya ada di Mojokerto juga lhoo,Panggreman gang IV no.6)

    Sekian dan terima kasih atas perhatiannya.Salam sukses Pak.
    Sugeng dalu Pak.

    Kagum Gunawan Z.P.Am.d
    Alumni D III Kepariwisataan UGM Yogyakarta Ang ’94’
    (Guru Honor SMK N 3 Banjarbaru,klalsel)

  5. Syukur alhamdulillah dapat ketemu orang Mojokerto juga. Mojokerto baik-baik, kota barusan pilihan walikota.
    wah, semoga kesuksesan selalu melimpah untuk anda yang sedang berjuang! saya kagum dengan tekad anda ke Kalsel.
    Memang selama ini kita masih berhadapan pada kondisi yang tidak nyaman, yang sebenarnya diciptakan oleh orang-orang kita sendiri. “Pemaksaan” posisi seseorang merupakan salah satu contohnya. Bagaimana seseorang tanpa kompetensi memadai harus melakukan kegiatan dengan kualifikasi tersebut? Ibarat seorang sopir, jika mereka tidak mempunyai kompetensi menyopir dan dipaksakan menjadi sopir, kita tahu apa yang bakal terjadi!
    Pendidikan butuh orang-orang yang benar-benar berkompeten dalam bidangnya, jika tidak ya begini terus kondisi kita.
    Oke, selamat berjuang di seberang, dimanapun kita mengabdi adalah sama!

  6. Aslm.
    yth. Bapak Mohammad Sarono
    saya guru SMK ganesa satria 4 kedu, tergolong SMK baru karena baru tahun kedua ( baru ada sampai kelas XI) saya merasa kesulitan untuk dapat membuka jaringan DUDI, khususnya untuk prakerin syukur syukur bisa ke penyaluran. mohon bimbingannya sebelumnya terima kasih banyak

  7. memang pada awalnya kita kesulitan untuk membuka jejaring dengan DU/DI, tetapi setidaknya kita mempunyai Disnaker yang sebenarnya merupakan fasilitator untuk kita terkait dengan kegiatan yang terkait dengan DU/DI. Pada mereka kita dapat memulai link, selain kita secara door to door mendatang DU/DI dan konsultasi tentang kemungkinan untuk membuka jejaring kerja, bikin MoU dengan mereka dan selanjutnya diharapkan dapat menjadi semacam hubungan kerja yang fleksibel. Begiulah awal lankah yang kita kerjakan.. smoga dapat bermanfaat. lain waktu kita sambung lagi…


Tinggalkan komentar

Kategori