Oleh: Redaksi e-Newsletterdisdik | Desember 9, 2010

Khutbah Jum’at: HAJI, SEBUAH CITA-CITA

Khutbah Jum’at:

HAJI, SEBUAH CITA-CITA

Oleh: Drs. H. Athor Subroto, M. Si
Dosen  Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri  (STAIN) Kediri

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Mari kita selalu berusaha meningkatkan taqwa dengan sungguh-sungguh. Taqwa dalam arti – mematuhi semua perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Ini arti taqwa yang sebenarnya. Kita sadar, bahwa hanya dengan kualitas taqwa yang kuat – akan selamat dunia dan akhirat.

Saudara-saudaraku yang dirahmati Allah.

Di bulan ini, Jama’ah Haji dari segala penjuru dunia – berduyun-duyun datang di kota Suci Makkah dan Madinah. Mereka ingin menyempurnakan rukun Islam yang lima. Mereka ingin melaksanakan ibadah haji. Mereka ingin mensucikan diri. Dengan perasaan yang penuh harap dan cemas – meninggalkan tanah air dan negaranya masing-masing, memenuhi panggilan Nabi Ibrahim AS. Mereka mempunyai harapan besar, untuk mendapatkan maghfirah dari Allah SWT atas semua dosa dan khilafnya yang telah dilakukan selama ini. Mereka ingin jika nanti suatu saat harus segera kembali menghadap Ilahi Rabbi, dirinya dalam keadaan suci – seperti baru lahir dari kandungan sang ibu.

Di samping itu, perasaan mereka ada yang diliputi kecemasan. Apa yang akan terjadi selama di tanah suci. Mampukah menyelesaikan seluruh rangkaian ibadah haji itu dengan baik. Atau jatuh sakit dan banyak rintangan? Dapatkah meraih suatu kualitas haji yang mabrur atau tidak? Dapatkah dosa-dosa terampuni oleh Allah Tuhan Yang Maha Suci? Bagaimana pekerjaanku? Bagaimana tokoku ? bagaimana sawah ladangku ? Bisakah kembali lagi ke tanah air – bertemu keluarga dan sanak family ? Dan masih banyak lagi kecemasan-kecemasan lainnya yang muncul silih berganti.

Kaum Muslimin Rahimakumullah

Tidak perlu cemas dan tidak perlu takut. Sebab Rasululah SAW pernah bersabda yang artinya kurang lebih: “Barangsiapa yang memulai pakaian ihram, maka sejak itu dosa-dosanya diputihkan oleh Allah SWT”. Subhanallah. Sungguh sangat luar biasa kasih sayang Allah kepada hamba-hamba-Nya yang taqarrub – mendekatkan diri kepada-Nya – untuk mendapatkan maghfirah-Nya.

Baru saja memakai pakaian ihram, Allah Yang Maha Pengampun itu sudah berkenan dengan senangnya memberi maghfirah yang luar biasa itu. Diputihkan dari segala dosa dan khilafnya. Belum rangkaian ibadah yang lain. Tentu akan lebih memutihkan diri, meningkatkan kuwalitas hidup dan memperbanyak pahala yang luar biasa pula.

Juga jangan cemas, segala urusan di tanah air sudah diatur dengan baik oleh Tuhan Penguasa alam semesta. Karena itu, lupakan dan relakan serta serahkan semuanya itu kepada Allah SWT. Allah adalah Tuhan Yang Memiliki segala-galanya dan Maha Pengampun serta Maha Penyayang. Hal ini sesuai dengan firman Allah di dalam Surat Ali Imran ayat 129 sebagai berikut:

“Kepunyaan Allah apa yang ada di langit dan yang ada di bumi. Dia memberi ampun kepada siapa yang Dia kehendaki; Dia menyiksa siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. Ali Imran: 129).

Saudara-saudaraku kekasih Allah yang berbahagia.

Ibadah haji itu indah. Ibadah haji itu menyenangkan. Dan, ibadah haji itu merindukan. Betapa tidak? Di tanah Suci kita bisa bertemu dengan saudara-saudara kita dari seluruh penjuru dunia. Ada dari Asia. Ada dari Afrika. Ada dari Eropa. Ada dari Amerika. Dan ada pula dari benua Australia. Pendeknya, mereka datang dari seluruh penjuru dunia.

Ada yang berkulit putih, ada yang berkulit hitam. Ada yang berkulit agak kuning, ada yang sawo matang. Ada yang berpostur tinggi, ada yang sedang dan pendek. Ada yang sudah usia tua, ada yang masih muda gagah perkasa. Ada yang tampak orang kaya dan mewah, ada yang sederhana dalam penampilannya. Walau mereka datang dari negara yang berbeda, dan warna kulit yang bermacam-macm, namun, rasa saling hormat dan kasih sayang – memancar terang dari raut wajah mereka. Yang keluar dari mulut mereka ucapan yang bagus-bagus, assalamu’alaikum – assalamu’alaikum, apa khabar ? dan seterusnya.

Pada dasarnya mereka datang dari satu akar yang sama, yaitu Nabi Adam AS dan Siti Hawa. Hakekatnya, mereka itu satu dan bersaudara yang harus saling memperbaiki hubungan. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT di dalam Al-Qur’anul Karim surat An-Nisaa’ ayat 1 sebagai berikut:“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan Mengawasi kamu”. (QS. An-Nisaa’: 1).

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Ibadah haji itu sungguh menggembirakan. Doa-doa dikabulkan. Permohonannya tidak ada yang tertolak. Mengapa, di samping mereka adalah kaum yang suci. Tempat-tempat untuk memanjatkan doa itu juga suci dan mustajabah. Di Masjidil Haram – ada Babus Salam. Ada Multazam. Ada Maqam Ibrahim. Ada Hijir Ismail. Ada bukit Shafa dan Marwah. Di Tanah Suci ada padang Arafah. Tempat yang dipakai wukuf pada tanggal 9 Dzulhijjah. Ada pula Muzdalifah. Ada Mina. Dan di Madinah ada Masjid Nabawi yang sangat megah dan menawan hati. Di dalamnya ada Raudhah. Menurut Nabi Saw, tempat itu adalah Taman Surga yang indah.

Saudara, tempat-tempat yang kami sebutkan tadi – adalah tempat yang mustajabah. Tempat yang siapa berdoa di situ – tidak tertolak. Doanya – dikabulkan oleh Allah SWT. Subhanallah.

Ma’asyiral Muslin Rahimakumullah

Ibadah haji itu menghapus dosa. Bahkan akan dapat mengembalikan kesucian dirinya, bagai baru lahir dari kandungan sang ibu. Sungguh sangat menggembirakan dan menjanjikan ibadah haji itu bagi yang bercita-cita mulia untuk hidup masa depan. Mari kita perhatikan Sabda Rasulullah Saw yang diriwayatkan Imam Muslim sebagai berikut ini:

Dari Abu Hurairah ra ia berkata, saya telah mendengar Nabi SAW bersabda: “Barangsiapa berhajji karena Allah, tidak berkata kotor dan tidak fasik, maka ia kembali bagaikan baru dilahirkan oleh ibunya”. (HR. Muslim)

Subhanallah. Betapa sucinya – setelah pulang dari Tanah Suci. Betapa bersihnya jiwa ini. Dan, betapa indahnya kehidupan ini. Hidup bersih tanpa dosa dan noda. Hidup yang bersih dan suci, menjadikan dunia – terang benderang. Tak ada mendung, dan tak ada awan yang menghalang. Semuanya berjalan atas petunjuk dan bimbingan Allah Yang Maha Rahman. Suasana kehidupan semacam ini adalah menjadi idaman dan cita-cita semua insan. Ibadah haji mampu menghantarkan suasana kedamaian, ketentraman dan kebahagiaan. Haji adalah bukan saja suatu kuwajiban. Melainkan, suatu cita-cita yang mulia. Setiap insan yang beriman ingin menggapainya.

Saudara-saudaraku kaum Muslimin yang budiman.

Rasulullah Saw juga menjanjikan bahwa haji yang mabrur mendapat balasan surga. Sebagaimana sabda beliau dalam sebuah hadits :

“Sesungguhnya Rasulullah Saw bersabda: “Umrah satu ke umrah yang lain adalah sebagai penghapus bagi dosa antara keduanya. Dan hajji yang mabrur itu tidak ada balasan baginya kecuali surga”. (HR. Bukhari)

Benar bahwa ibadah haji adalah suatu cita-cita kaum Muslimin untuk mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Mari kita berniat dengan sungguh-sungguh agar bisa memenuhi panggilan Allah menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci.

Karena itu Allah Swt memanggil umat manusia pergi ke Tanah Suci untuk melaksanakan ibadah haji. Sebagaiana firman-Nya di dalam al-Qur’an Surat Ali Imran ayat 97 sebagai berikut ini:

“Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam”. (QS. Ali Imran: 97).

Istitha’ah itu ada tiga unsur. Pertama, kemampuan harta. Kedua, kesehatan. Dan ketiga, aman jalannya. Setiap insan yang telah memiliki tiga unsur tadi, sudah mempunyai kuwajiban untuk melaksanakan ibadah haji. Dengan ibadah haji itu – rukun Islam kita akan menjadi sempurna. Seyogyanya, mari kita segera niat berangkat haji. Jangan ditunda-tunda lagi. Umar bin Khatthab ra pernah berkata, segeralah berangkat haji (selagi ada kemampuan). Jangan ditunda-tunda. Siapa tahu, besuk engkau akan menjadi kufur.

Alangkah ruginya dalam hidup ini, bila diri kita berbalik dari keadaan beriman – lalu menjadi kufur. Na’udzu billahi min dzaalik. Jangan sampai kita mengalami keadaan seperti itu. Oleh karenanya, bagi yang belum sempat menunaikan haji – mari kita berniat dengan sepenuh hati – untuk memenuhi panggilan suci itu. Pergi ke kota Suci, menunaikan ibadah haji.

Saya berdoa, mudah-mudah kita semua diberi kesempatan yang mudah oleh Allah untuk menyempurnakan rukun Islam yang kelima itu. Amin ya rabbal alamin.

Tetapi, harus diingat. Niat haji itu harus ikhlas. Niat haji harus lillahi ta’ala. Jangan ingin dipuji orang. Dan jangan ingin hanya sekedar dipanggil dengan sebutan “Pak Haji”. Tanpa keinginan seperti itu, Allah SWT telah mencatat kita sebagai oang yang telah menunaikan haji, insya Allah.

Panggilan “Pak Haji” dari tetangga atau lainnya, itu tidak penting. Sebab ibadah kita hanya karena Allah semata. Allah yang menilai. Lain tidak. Mari kita ingat Sabda Rasulullah SAW:

“Sesungguhnya amal itu harus dengan niat. Dan tiap-tiap urusan itu tergantung niatnya”. (HR. Muslim)

Betapa pentingnya menata niat yang benar dalam melaksanakan ibadah haji. Sungguh, niat sangat menentukan kualitas ibadah itu. Oleh karenanya, jangan keliru menata niat. Tidak ada niat, kecuali lillahi ta’ala. Hanya karena Allah ta’ala.

Akhirnya, mari kita berdoa – semoga kita segera mendapat panggilan Nabi Ibrahim as untuk menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci dengan mudah. Dan, mendapatkan haji yang mabrur. Amin ya rabbal alamin.
—–
Download artikel (khutbah Jum’at) ini dalam versi word document [klik disini]


Tanggapan

  1. اسلام عليكم ورحمتلله وبركته
    ————————
    Yth, Ustadz Athor, ada suatu hal daru tulisan di atas yang kurang pas untuk ibadah Haji. yaitu (saya kutipkan):

    “Ibadah haji itu indah. Ibadah haji itu menyenangkan ”
    Seharusnya ibadah haji itu adalah ibadah yang di takuti. Kenapa ?
    Karena perintah utama dalam ibadah Haji itu adalah Taubat. Makanya kita harus takut kalau tobat kita tidak diterima oleh Allah swt.
    Yang sangat penting diingat adalah di dalam surat Al-baqorah ayat 198 di akhirnya Allah menyatakan dengan tegas bahwa “sesungguhnya kamu sebelumnnya adalah termasuk orang yang sesat”.
    Selamat menganalisa kembali tentang perintah ibadah haji.

    Wassalam.

  2. وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته
    Ust. Jalius Hr yang saya hormati dan yg saya banggakan.
    Saya sangat gembira bs berkenalan dg panjenengan, pemerhati tulisan’s saya. Akan saya jadikan guru yg plg mahal bg saya dlm menulis.
    1. Memang benar, ibadah Haji ini menakutkan, bahkan sangat-sangat menakutkan. Suasana batin spt itu dialami bg kaum yg blum siap scr total menyempurnakan rukun Islamnya. Shg, muncul keraguan, katakutan, perasaan sia-sia baik tenaga-waktu maupun harta hny utk rekreasi ke negeri orang.
    2. Namun, bg seoraang hamba yg merasa terpanggil hatinya oleh Allah Swt utk menunaikan ibadah haji mulai jauh-jauh hari bahkan tahun – dia telah siap menerima apapun dlm pelaksanaan haji di Tanah Suci nnt. Bahkan, andai tdk bs kembali ke tanah airnyapun krn mendapat panggilan utk menhadap Sang Khaliq- dia tlh siap sejak sblm berangkat dari tumpah darahnya ke Makkah dan Madinah. Hamba setingkat ini, sama skl tdk ada perasaan takut apapu slm pelaksanaan ibadah haji. Bahkan, tdk sedikit yg mengharapkan keadaan spt itu.
    3. Mnrt hemat saya, tujuan haji bukan utk bertaubat. Ibadah haji itu memenuhi panggilan Allah (QS. Ali Imran:97). Bukan sesuatu yg hrs ditakuti. Setiap hamba yg sengaja memenuhi panggilan-Nya tentu berperasaan senang dan gembira. Bukan malah takut. Sifat takut, hanya dimiliki (maaf) bagi hamba yg tdk siap atau bahkan bersengaja tdk sgr menyempurnakan rukun Islamnya itu. Panggilan Allah itu sll direspon dg berbagi tawaran, pertimbanan dan alasan’s yg tdk jelas.
    Lhaaa…menurut Nabi Saw dlm sebuah hadits riwayat Imam Bukhari, ibadah haji ada dampak positifnya, dapat menghapus dosa. Bahkan haji mabrur, mendapat balasan surga. Dari makna hadits tsb, mengapa harus takut? Mgp ibadah haji hrs ditakuti? Dan bahkan SIAPA TAKUT ? Kan. malah hrs penuh harap dan gembira. Krn dijamin akan mendapat maghfirah dan surgabagi haji yg mabrur.
    4. Essensi khutbah yang saya sumbangkan itu, adl bermuatan sebuah motivasi kpd Saudara’s saya yg blm sempat menyempurnakan rukum Islamnya utk sgr memenuhi panggilan Allah pergi haji. Dlm konsep paedagogik, sebuah motivasi hendaknya lbh mengedepankan hal’s yg menarik dan simpatik. Menurut Da’i Sejuta Umat, motivasi itu harus merangkul, bukan memukul. Artinya, bukan mengedepankan hal’s yg tdk jelas, tdk menentu dan bahkan me-nakut’s i.
    5. Pembimbing jama’ah calon haji yg sdh masuk dalam pelatihan bimbingan manasik haji – tdk dilarang memberikan wawasan kpd jama’ah agar ber-sungguh’s dlm niat dan pelaksanaan ibadahnya, shg ibadah haji dan tobatnya bisa diterima. Gertakan spt ini, bs disampaikan kpd calon jama’ah haji yg sdh masuk dlm suasana pelatihan bimbingan manasik haji. Krn mereka sdh siap berangkat tahun ini atau thn dpn.
    BUKANKAH SPT ITU UST JALIUS HR ?
    Smg penjelasan saya ini bisa sedikit memberikan wawasan yg cukup bagi pembaca yg budiman. Lebih’s bagi Saudara’s saya yg sdh siap berangkagt haji thn dpn. Saya doakan, smg lancar, aman, sabbar, sht, kembali ke tanah air dg slmt dan mabrur. Amin.
    Sekian, terima kasih dan mhn mf.
    Saya tunggu saran dan pdpt pembaca utk perbaikan tulisan’s saya yg dimuat medianya Uts. Zulfikri yg pnh kreatif ini.
    والسلام عليكم ورحمة الله زبركاته

    Hormat saya
    Al-Fakir

    H. Athor Subroto

  3. ————————-
    اسلام عليكم ورحمتلله وبركته
    —————————–
    Yth, Ust. Ayhor.
    Terima kasih atas penjelasannya. Ada beberapa hal yang perlu di pahami lagi oleh para pembaca.

    1. Agar kita mendapat pemahaman yang lebih baik tentang ibadah haji, alangkah baiknya dibaca juga surat Al Baqorah ayat 196 – 203. disamping ayat ayat yang lain.

    2. Tolong dicermati apa maksud ujung ayat Qs 2: 198, yang mana Allah dengan tegas neyatakan وَإِنْ كُنْتُمْ مِنْ قَبْلِهِ لَمِنَ الضَّالِّينَ
    “dan sesungguhnya kamu sebelum itu benar-benar termasuk orang-orang yang sesat.” sebaiknya di cari jawabannya, Kenapa ?

    3. Lajutkan, pada QS. 2: 199 Allak memerintahkan “وَاسْتَغْفِرُوا اللَّهَ ” Dan bertobatlah kepada Allah. Inilah esesnsi dari ibadah Haji, sehingga apa yang disampaikan oleh ustadz Athor “Ibadah haji itu menghapus dosa. Bahkan akan dapat mengembalikan kesucian dirinya, bagai baru lahir dari kandungan sang ibu.” InsyaAllah dapat tercapai.

    Demikian, semoga dapat dijadikan bahan kajian kembali. Mohon ustad Athor tidak menjawab komentar saya ini. Banyak maaf, semoga Allah mengampuni dosa kita kalau tersalah.

    Wassalam
    Jalius.

  4. Ralat:

    Mohon maaf Pembaca saya salah ketik pada poin ke 3. tertulis kata ” Allak ” seharusnya adalah kata ” Allah”.
    Semoga kita terlindung dari kesalahan.

    Wassalam.

  5. Bila Jiwa, Kembali Bening
    Drs. H. Athor Subroto, M.Si *)
    Tenaga Pengajar STAIN Kediri Jawa Timur

    Kini, Ramadhan telah pergi. Di satu sisi, ada yang menangisi, karena ditinggal tamu yang mulia ini. Di sisi lain, merasakan kegembiraan, karena, mendapat kemenangan –melawan hawa nafsunya. Merdeka, dengan penuh rasa suka cita.
    Idul fitri, mengembalikan jiwa menjadi bening. Gemuruh suara takbir -membahana di seluruh penjuru langit dunia, tak ketinggalan -Indonesia. Hari kemenangan umat Islam tahun ini, bertepatan dengan hari kemerdekaan bangsa Indonesia dari belenggu penjajah coloni. Merdekalah Indonesia. Merdekalah tanah air Indonesia. Berbahagialah kaum Muslimin Indonesia. Dan, bergembiralah rakyat Indonesia. Menyatu, jadi satu.
    Idul Fitri, yang di sebut juga dengan hari lebaran. Saatnya sanak famili, keluarga besar, ibu bapak, anak, cucu, menantu, serta semuanya tak ketinggalan -berkumpul menuju kebahagian di hari yang fitri. Membagi-bagi maaf atas semua salah dan khilaf di antar sesama. Setiap anak cucu Adam, pasti memiliki banyak salah dan khilaf. Tak pandang bulu. Apakah penjahat atau pejabat. Apakah konglomerat atau kaum melarat. Apakah rakyat atau wakil rakyat. Apakah generasi muda atau generasi tua. Apakah yang suka menzhalimi atau yang dizhalimi. Apakah tukang tipu atau kelompok yang ditipu. Apakah elit politik atau yang dipolitiki. Apakah preman atau kaum beriman.
    Rasulullah Saw bersabda: “Al insan mahal al-khattha’ wa al-nisyan. Manusia itu tempatya salah dan lupa.” Tak ada seorangpun yang dengan gagah dan lantangnya –menyatakan dirinya tidak pernah bersalah. Tidak seorangpun yang berani menyatakan -dirinya paling bersih. Justeru yang ada, pernyataannya itu -diragukan oleh orang sejagat. Karena, dia itu berbohong. Menipu Allah dan Rasul-Nya. Serta menipu umat dan dirinya sendiri.
    Pernyataan (pikiran) kaum elit ini, identik dengan sindiran Allah di dalam Al Qur’an terhadap para penipu: “Di antara manusia ada yang mengatakan: “Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian,” padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri. Sedang mereka tidak (menyadari). (QS. Al Baqarah [2]: 8-9)
    Menurut Achmad Mustafa Al Maragi di dalam Tafsirnya: dalam ayat ini Allah menceriterakan perihal orang-orang munafik, yang hanya beriman di mulutnya saja, tetapi hatinya berpaling dari iman. Mereka ini adalah orang-orang kafir yang paling keji. Sebab, disamping kekafirannya, mereka juga mengejek, menipu dan memalsukan tindakannya.
    Kepada mereka diturunkan ayat berikut ini sebagai ancaman: “Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka.” (QS. An-Nisaa’ [4]: 145)
    Mengenai orang-orang munafik, Allah menuturkan di dalam 13 ayat, yang isinya menyayangkan perbuatan mereka yang keji dan penuh tipuan. Untuk itu Allah menjelaskan (menampak-nampakkan) tingkah laku mereka, di samping membodoh-bodohkan sikap mereka sebagai penghinaan atas perbuatannya sendiri. Allah menyatakan, mereka sebagai buta, tuli, dan bisu, serta kecam-kecaman lain yang pedas dan menghinakan. (Tafsir Al-Maragi, Juz: 1, 2, dan 3. Hal. 74-75)
    Hikmah di hari yang fitri ini, adalah merupakan hari kemenangan besar yang mengembalikan manusia pada kebeningannya. Jiwa, kembali bening karena dibasuh dengan ibadah, zakat fitrah dan saling memaafkan. Serta, rezkinya telah dicuci pula dengan zakat.
    Kembali kepada kebeningan, artinya dengan merayakan Idul Fitri ini, kita mendeklarasikan kesucian kita dari berbagai dosa, sebagai buah dari ibadah sepanjang bulan Ramadan. Pada Idul Fitri ini, manusia yang taat pada takdir Allah -akan meyakini tibanya kembali fitrah dari diri yang kerap diimajinasikan dengan ungkapan kala itu ba’ -terlahir kembali. Dan, bila kita bersedia menerima fitrah yang ada di hari besar ini, serta menerjemahkan dengan pikiran dan bahasa sederhana, maka sekarang, kita kembali fitrah. Seperti, baru dilahirkan oleh sang ibu. Hidup, bersih, putih, bening, tanpa noda.
    Bila ada juga perbedaan dalam kehidupan sehari-hari, janganlah dijadikan perdebatan dan masalah besar. Sebaliknya, terimalah perbedaan itu sebagai rahmat dan tetap menjalin tali silaturahmi. Karena, semuanya pasti kembali pada Ilahi Rabbi. Umat Islam itu, harus bersatu mambangun ukhuwah yang kuat -agar tidak dipermainkan oleh bangsa-bangsa lain, yang punya kepetingan di pergaulan dunia ini.
    Selama bulan Ramadhan, jiwa, ruh, dan hati umat Islam -benar-benar telah terasah dengan amal-amal kebajikan. Sehingga, hati mereka, yang merupakan wadah ketakwaan -semakin terbuka lebar dan luas. Lebih mengembangkan dan meningkatkan kuwalitas takwa yang telah diraih selama beribadah di bulan Ramadan, “Mereka itulah orang-orang yang telah diuji hati mereka oleh Allah untuk bertakwa” (QS. Al-Hujurat [49]: 3)
    Ketakwaan yang menjadi sasaran akhir dari ibadah puasa ini, yang perlu diimplementasikan sama-sama. Kalimat takwa itu, mudah diucapkan di bibir. Namun, berat untuk dibuktikan dalam kehidupan. Mafhum mukhalafahnya, banyak orang ringan mengatakan takwa. Namun, berat membuktikan.
    Keberatan melaksanakan takwa itu, bukan berarti (mesti) disengaja. Melainkan, tidak sedikit yang belum mengetahui secara detail, nilai takwa itu sendiri. Di dalam Al Qur’an Al Karim, Allah Swt memaparkan model ketakwaan seseorang. “(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit. Dan orang-orang yang menahan amarahnya, dan mema’afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.
    Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri[229], mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka. Dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.
    Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya. Dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal. (QS. Ali Imran [4]: 134-136)
    [229] (Dijelaskan), yang dimaksud perbuatan keji (faahisyah) ialah dosa besar. Mudharatnya tidak hanya menimpa diri sendiri tetapi juga orang lain, seperti zina, dan riba. Menganiaya diri sendiri ialah melakukan dosa, mudharatnya hanya menimpa diri sendiri baik yang besar atau kecil.
    Dari ayat-ayat ini dapat ditarik benang merahnya, bahwa, model orang bertakwa itu paling tidak memiliki enam ciri. Dermawan, (mampu) mengendalikan emosi, pemaaf, selalu ingat Allah, beristighfar, dan berhenti dari berbuat salah.
    Bila seseorang dalam hidupnya telah dihiasi enam perkara tadi, tentu menjadi tenang, aman, tenteram dan damai. Masyarkatnya sejahtera. Guyub, rukun dan damai. Tidak ada perselisihan, pertentangan, dan pertikaian di antara penduduk bumi ini. Karena, hatinya putih, bersih, dan bening.
    Hanya melalui pendidikan dan latihan (diklat) di bulan Ramadhan, pembentukan pribadi muslim yang lebih meningkat kuwalitasnya, sebagaimana digambarkan Allah Swt –di dalam ayat-ayat tersebut di atas. Bagaimana tidak berhasil, sedang diklat seperti itu diselenggarakan (sendiri) oleh Allah Swt -pada tiap-tiap tahun secara rutin, di bulan yang suci. Semua kaum mukminin diwajibkan untuk mengikuti pendidikan dan latihan itu, sebulan lamanya. Agar kuwalitas hidupnya –menjadi meningkat, muttakin.
    Dengan datangnya hari raya Idul fitri, ditingkatkan jalinan silaturahmi yang kuat, agar menjadi umat Islam yang bersatu, saling menghargai, dan saling memberi dan minta maaf. Menghormati -antar umat beragama. Juga, saling menghormati satu sama lain. Karena, hidup di alam dunia ini, bukanlah untuk mengurusi perdebatan terus-menerus. Justeru yang harus di jaga itu –adalah kebersamaan, dan kekompakan dalam membangun ukhuwah insaniyah, basyariyah, dan wathanyah itu sendiri. Semoga.
    *) Penulis, Wakil Ketua Dewan Masjid Indonesia Propinsi Jawa Timur.

  6. Bulan, Kaya Inspirasi
    Drs. H. Athor Subroto, M. Si
    Dosen STAIN Kediri Jawa Timur

    Tiada bulan -seindah Ramadhan. Tiada bulan -seasik Ramadhan. Tiada bulan -sesehat Ramadhan. Tiada bulan -segairah Ramadhan. Tiada bulan yang menggetarkan, mlebihi Ramadhan. Tiada bulan yang merindukan, melebihi Ramadhan. Tiada bulan –yang penuh isnprasi, melebihi Ramadhan. Segala keindahan, kebahagiaan, kesalehan dan kreatifitas tumplek bleg di bulan mulia itu. Bahkan, Allah menyatakan sendiri, bulan itu, ada Lailah al Qadr, satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Khairun min alfi syahr (QS. Al Qadr [97]: 3)
    Imam Ahmad Al Maraghi dalam tafsirnya mengatakan, ayat yang berbunyi “lailah al qadr khairun min alfi syahr”, adalah, malam (yang) mulia itu lebih baik dari seribu bulan. Sebab, pada malam itu merupakan awal terbitnya nur hidayah, dan merupakan permulaan syariat baru -yang diturunkan demi kemaslahatan umat manusia. Malam itu, merupakan malam peletakan batu pertama bagi agama baru, yang merupakan pamungkas bagi seluruh agama samawi, serta sesuai di segala tempat dan zaman.
    Malam itu, lebih baik dari seribu bulan yang dialami oleh umat manusia dalam keadaan tertatih-tatih (di) kegelapan kemusyrikan dan kesesatan keberhalaan. Mereka berada dalam kebingungan, tidak tau arah dan tujuan. Tidak ada batasan-batasan (pedoman) yang bisa menjadi pegangan mereka.
    Kemungkinan penentuan seribu bulan disini, untuk menunjukkan bilangan yang sangat banyak, sebagaimana menjadi kebiasaan orang-orang Arab dalam pembicaraan mereka. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh Allah dalam ayat berikut ini “yawaddu ahaduhum au yu’ammaru alfa sanah”, “masing-masing mereka ingin agar diberi umur seribu tahun….” (QS Al Baqarah [2]: 96). Allah, mempunyai kehendak sendiri untuk menentukan berapa banyak nilai Lailah al Qadr. Itu terserah Allah swt. Apakah lebih baik dari seribu bulan, dua ribu bulan, atau tiga ribu bulan, dst.
    Ini, yang menjadikan daya tarik tersendiri bagi kaum Muslimin merindukan Ramadhan. Pahala ibadahnya dilipatgandakan seribu bulan lebih. Apapun penghalangnya, disingkirkan. Memburu bulan penuh berkah dan keindahan itu. Seluruh keluarga dan handai taulan –dibangkitkan, beribadah. Mereka meyambutnya dengan penuh kegembiraan, kebahagiaan, dan kasih sayang.
    Bahkan Rasulullah Saw menyambutnya dengan penuh gairah -sejak dua bulan sebelumnya. Di dalamnya, memperbanyak puasa sunnah, ibadah, dan kegiatan makruf lainnya. Beliau memanjatkan doa yang amat populer, Allaahumma baarik lanaa fii Rajaba wa Sya’baana wa ballighnaa Ramadhaan. Yaa Allah, jadikanlah bulan Rajab dan Sya’ban mendatangkan berkah bagi kami. Dan temukanlah kami dengan bulan Ramadhan. (Hadits dari Anas bin Malik, Al Mu’jam Al Ausath, Juz 4, Shafhah 189))
    Subhanallah. Seorang pilihan, sekaligus utusan, bahkan kekasih Allah, begitu besar hasratnya untuk bersua dengan bulan agung itu. Dua bulan sebelumnya, sudah berharap seperti itu. Ini menunjukkan, betapa besarnya arti dan nilai Ramadhan. Pantaskah manusia (biasa) lalu tidak bergetar hatinya -agar bisa bertemu bulan seribu bulan itu. Tentu, tidak. Sebaliknya, melebihi semangat Rasulullah Saw, sesuai kemampuannya.
    Tek tuk tek tuuur…tek tuk tek tuuur…tek tuk tek tuuur….irama bambu, panci, piring, dan barang bekas lainnya –yang dimainkan anak-anak desa. Dengan gegap-gempita -rame-rame keliling kampoeng dengan penuh gembira, semangat, gelak dan tawa. Mereka mengingatkan khalayak ramai -besuk akan datang tamu agung, bulan Suci Ramadhan. Ayok kita sambut dengan penuh kehangatan. Begitu, makna irama yang gegap gempita tadi.
    Irama itu, menggetarkan batin kaum Muslimin. Mengingatkan berbagai pengalaman –Ramadhan tahun-tahun sebelumnya. Atau, bahkan menggugah pengalaman masa-masa kecil yang telah terpendam. Indah, merindukan, dan ingin kembali lagi ke alam kanak-kanak. Rindu dengan teman-teman sekampoeng dahulu -di pedesaan, lereng gunung, tepi laut, dls.
    Kini, kalau sudah musim Ramadhan, di kota-kota besar menjamur Pasar Ramadhan, Bazar Ramadhan, Pameran Ramadhan, Expo Ramadhan, Kampoeng Ramadhan, dan sebutan lainnya yang menggoda. Disamping ikut memeriahkan tamu agung, pasar itu memberikan pelayanan kepada masyarakat -kebutuhan sehari-hari dengan harga menawan. Arena itu –selalu padat dan berjubel serta hidup sepanjang malam. Menarik memang. Mereka tidak menghiraukan (lagi) awal puasa beda atau bareng. Bahkan, Hari Rayanya-pun nanti (andai) berbeda –tak jadi beban. Mereka mempunyai keyakinan mantap, kapan mau berhari raya. Cuek…..
    Tidak kalah penting, ada yang menyediakan alat-alat elektronika, pakaian, sepatu, sandal, kopiah, arloji, mainan, aneka macam makanan dan minuman. Bahkan, ada yang menjual sepeda motor dan mobil, dan lain sebagainya. Pokoknya, terasa bahwa bulan Ramadhan benar-benar dimanjakan, sebagai tamu agung.
    Tidak mau kalah. Sebagian masyarakat mengadakan Pentas Seni, Hadrah, Dangdut, Nasyid, Rebbana, Festival Bedhug, Patrol/Rundo, Musabaqah Tilawatil Qur’an, dls. Indah dan mengesankan.
    Di sisi lain, dari tahun ke tahun, kegiatan tarawih dan kajian Islam –selalu meningkat –baik kwalitas maupun kwantitasnya. Banyak masjid, mushalla, langgar, rumah serta tempat lain –meluber jama’ah tarawihnya. Model kajian Islamnya –berfariasi, tidak menjenuhkan. Ada yang di waktu tarawih, shubuh, dhuhur, ashar, dan tengah malam –sesuai budaya dan kebiasaan masing-masing. Bahkan, di Pondok-pondok Pesantren, Tebu Ireng Jombang misalya, ada kegiatan balagh atau kajian kitab-ktab kuning yang populer –sebulan full hingga khatam. Kifayatul Akhyar, Bulughul Maram, Bukhari, Muslim, dan lainnya. Yang mbalagh kyai-kyai sepuh, misalnya almarhum Kyai Bisyri Sansuri, Allahummaghfirlah.
    Ada sebuah masjid Aqabah, di komplek perumahan REWWIN Waru Siadoarjo Jawa Timur. Sudah bertahun-tahun mengadakan kegiatan tahajjud pada malam-malam ganjil di akhir Ramadhan, dilanjut dengan makan sahur bersama. Makan sahur dikemas sedemikian rupa dengan prasmanan. Menunya, selalu berubah tiap malam -sesuai selera para jama’ah. Banyak jama’ah -di rumah susah makan sahur, setelah ikut sahur bersama –punya selera tinggi. Asyik dan mengembirakan. Rasulullah Sw bersabda: “Makan sahurlah kamu. Sahur itu membawa berkah pada siang harinya”. Sekarang, kegiatan semacam ini, sudah menjamur juga di masjid-masjid lain. Subhanallah.
    Sebagian masjid lain, jama’ahnya ada yang mengadakan safari Ramadhan di malam-malam ganjil –ziarah ke para wali. Utamanya wali lima di Jawa Timur. Sunan Ampel di Surabaya, Sunan Malik Ibrahim di Gresik, Sunan Giri di Gresik, Sunan Bonang di Tuban, dan Sunan Drajat, Lamongan. Ada pula yang ke makam Gus Dur di Tebuireng Jombang. Dalam napak tilas para wali itu, mereka mempunyai pengalaman rahani yang berbeda-beda yang mengesankan.
    Menarik lagi, ada yang mengadakan kegiatan peningkatan kwalitas iman dan mental spiritual. Gemblengan mental secara mendalam. Tempatnyapun dipilih di kawasan Malang Selatan, tepi laut, beberapa hari menginap. Suatu kawasan yang sepi dan berhawa sangat dingin. Kegiatan ini dilakukan oleh anak-anak muda masjid, atau remaja masjid, Remas.
    Instruktur yang dihadirkan, sangat professional di bidangnya. Berpengalaman dalam membentuk mental yang tangguh dan kuat bagi generasi muda masjid di masa mendatang. Mereka disiapkan untuk menggantikan generasi tua pada saatnya -dalam mensyiarkan masjid di era global. Mereka nanti, yang pantas menggairahkan rumah Allah itu. Firman Allah Swt, artinya:
    “Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah. Maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. At-Taubah [9]: 18)
    Ayat ini menerangkan bahwa betapa pentingnya kaum yang beriman -memiliki semangat tinggi untuk memakurkan masjid-masjid Allah, utama di bulan Ramadhan. Mulai shalat Rawatib, Tarawih, dan Tasbih. Shalat malam pada malam-malam ganjil sepuluh hari yang akhir. Tadarrus Al Qur’an, Kajian Islam, Ceramah Tarawih, Shubuh, Dhuhur, dan Ashar. Menjadikan bulan untuk rame-rame mengirim ta’jil berbuka di Masjid. Memperbanyak sedekah dan amal jariah. Menyantuni anak yatim, janda, dan orang-orang jompo. Bazar Ramadhan, dan lain sebagainya. Sehingga suasana Ramadhan menjadi hidup, semarak, dan menggembirakan.
    Ada yang mengajak keluarganya ikut shalat Tarawih di Masjid Al Haram dengan khusyu’nya. Bertabur tangis, bercucuran air mata. Rindu dan bahagia, menyatu dalam dirinya. Seakan, Tuhan amat dekat. Tiada jarak sejengklpun. Mereka itu, pergi Umrah dengan sanak familinya. Gembira, dan penuh bahagia. Mereka, mensucikan hati, di bulan Suci, di kota Suci.
    Rasulullah Saw bersabda: “Barang siapa hatinya gembira menyambut datangnya Ramadhan, diharamkan jasadnya tersentuh api neraka.” Hadits ini, menjadikan inspirasi yang tinggi bagi umat manusia, untuk menjadikan dirinya gembira menyambut Ramadhan dengan style-nya masing-masing. Ada kepuasan tersendiri setelah ikut rame-rame menyabut tamu agung. Mereka yakin, dengan menjadikan dirinya gembira, akan dijauhkan dari api neraka.
    Reaksi manusia akan sinyal Ramadhan, mejadi bukti kepatuhan dan kepeduliannya terhadap panggilan Tuhan (QS. Al Baqrah [2]: 183). Dan, ini tergolong kaum yang menerima seruan orang yang menyeru kepada Tuhannya. Disebutan di dalam Al Qur’an: “Hai kaum kami, terimalah (seruan) orang yang menyeru kepada Allah dan berimanlah kepada-Nya, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa kamu dan melepaskan kamu dari azab yang pedih” (QS. Al Ahqaaf [46]: 31).
    Sebaliknya, ancaman Allah akan ditimpakan kepada kaum yang mengabaikan seruan kepada Allah Swt –sebaimana firman-Nya : Dan orang yang tidak menerima (seruan) orang yang menyeru kepada Allah, maka dia tidak akan (dapat) melepaskan diri dari azab Allah di muka bumi dan tidak ada baginya pelindung selain Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata”. (QS. Al Ahqaaf [46]: 32.
    Ramadhan tahun ini, kita jadikan inspirasi besar dalam mengawali dan melestarikan berbagai aksion keagamaan yang lebih meriah, bersemangat, bergairah, dan berkuwalitas. Semoga. (AS)

  7. ILMU DAN KEBANGKITAN ISLAM

    Drs. H. Athor Subroto, M. Si
    Dosen STAIN Kediri Jawa Timur

    Ilmu, penerang (jagat raya). Ilmu, penyingkap dunia. Ilmu, penata segalanya. Tanpa ilmu, terang jadi gelap. Sejuk, jadi pengap. Hidup jadi meraba, merambat, terbentur, tertatih, terjatuh, tersungkur, (bisa) terjebur, dan tertinggal (di sumur). Orang bijak mengatakan, Al-ilmu nurun. Wal jahlu zhulmun. Ilmu itu cahaya, dan kebodohan itu sesat dan gelap.
    Lima belas abad silam, Rasulullah Saw menegaskan, “man araada al-dunya fa’alaihi bi al-ilmi. Wa man arada al-akhirata fa’alaihi bi al-ilmi. Wa man aradahuma fa’alaihi bi al-ilmi”. Barangsiapa menginginkan dunia, maka dia (wajib menguasai) ilmu. Dan barangsiapa menginginkan akhirat, maka dia (harus menguasai) ilmu. Dan barangsiapa mengingingkan (kebaikan) keduanya, kuncinya ilmu. (Al Hadis au kama qal)
    Hadits ini, menunjukkan betapa pentingnya ilmu pengetahuan dalam menggapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Mafhum mukhalafahnya, kehidupan tidak bisa menjanjikan apa-apa bagi yang tidak berilmu pengetahuan. Bahkan, mereka bisa buta, tuli dan sesat –dalam menyikapi hiruk pikuknya dunia.
    Kekayaan langit yang begitu luwas –tidak bisa tampak bagi kaum tanpa ilmu. Kekayaan perut bumi yang tidak terkirakan jumlahnya, tidak tertembus bagi kaum tidak berilmu. Mereka tidak mendapat apa-apa, dan lumpuh. Orang berilmu, dapat menguasai luasnya langit, dan mengolah bumi. Strata hidup orang berilmu -lebih tinggi dibanding lainnya. Allah Swt berfirman:
            
    “Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu, dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS. Al Mujaadilah [58]: 11).

    Al Maraghi dalam Tafsirnya menjelaskan bahwa, ayat yang berbunyi: “Walladzina utu al-ilma darajat” yang terdapat dalam Surat Al Mujadilah di atas, Allah meninggikan orang-orang yang berilmu di antara mereka, khususnya derajat-derajat dalam kemulyaan dan ketinggian kedudukan (Al-Maragi, 1993)
    Lebih tegas lagi Allah menjelaskan perbedaan antara orang berilmu dengan tidak, sebagaimana firman-Nya: …Katakanlah: “Adakah sama orang buta dan (orang) yang dapat melihat, atau samakah gelap gulita dan terang benderang…”(QS. Al-Ra’d [13]: 16)
    Sangat berbeda orang berilmu dengan tidak. Pola fikir, aktifitas, dan kebijakannya-pun jauh berbeda. Orang berilmu, bisa melihat dunia ini memiliki manfaat bagi kehidupan manusia. Orang bodoh, dunia yang luas ini, terasa amat sempit dan membingungkan. Dirasakan tidak memiliki manfaat bagi kehidupannya.
    Ayat-ayat tadi, tidak mustakhil menjadi inspirasi brilian bagi Al Farabi, Al Kindi, Ibnu Sina, dan lainnya dalam penemuan teknologi, matematika, heginis, dan disiplin ilmu lain. Dari sini, teropong bintang -dapat diciptakan pada abad ke VII Masehi. Saat itu, belahan dunia lainnya masih tertidur lelap. Namun, Daulat Bani Abasiah telah berhasil menyumbangkan berbagai disiplin ilmu bagi kesejahteraan masyarakat dunia. Jayalah Islam. Sejahteralah dunia.
    Sayang seribu sayang, negeri Baghdad yang menjadi mercusuar kejayaan umat Islam pada saat itu, kini telah porak poranda. Diikuti belahan dunia Islam lainnya. Tanda kehancuran umat Islam yang kesekian kalinya, menjadi kenyataan. Dan, berulang-ulang.
    Negeri dan bangsanya -menjadi bulan-bulanan. Jangankan secercah tanda kemajuan (Umat Islam), hidup yang layakpun sulit ditemukan. Miskin, menderita, takut, sedih, marah, dan terombang-ambing hidupnya. Bukan karena bangsa itu melarat. Baghdad, negara kaya minyak. Metro dolar. Tetapi, sumber ekonominya disedot bangsa lain –habis. Budayanya, dibentuk negeri lain. Perilakunya, berubah total –brutal. Lenyap sudah kejayaan bangsa berjaya waktu itu. Kejayaan negeri itu, hancur lebur menjadi abu.
    Kapan dunia Islam merebut kembali kejayaannya. Kapan umat Islam mampu menyumbangkan temuannya untuk kepentingan umat sedunia. Kapan umat Islam tidak mengekor ke Barat lagi ? Ini yang mesti difikirkan bersama oleh kekuatan Islam di seluruh dunia. Tentu, melalui ukhuwah dan pendidikan –yang dimanag sesuai tuntutan zaman.
    Madrasah, harus mampu menjadi suatu lembaga pendidikan ideal yang tak perlu mahal. Mendidik, membangun, dan mencetak anak bangsa yang cerdas, kreatif, berbudi luhur, berakhlak mulia, dan bertanggung jawab -menjadi tugas bersama.
    Kini, telah menjamur lembaga-lembaga pendidikan Islam berkualitas. Di Malang, misalnya, bertengger sebuah Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 di Jalan Bandung. Di samping memiliki gedung megah, bersih, hijau -kompetensi dan kuwalitas para pendidiknya –tidak diragukan lagi.
    Sebuah madrasah popular yang dipimpin seorang doctor itu, kaya ide, kreatif, inovatif. Memiliki sarana hotel puluhan kamar -yang representative layak pakai bagi masyarakat bawah, menengah, dan atas. Aulanya, indah dan luas. Tertata rapi, bagai sarana kantor pemerintah. Memiliki green hous yang segar –untuk ekstra kurikuler di luar kelas.
    Para siswanya memiliki disiplin tinggi dalam mematuhi aturan sekolah. Mereka ditampung di ma’had yang sarat aktifitas -di komplek madrasah itu. Mereka sering menjuarai berbagai lomba bidang ilmu pengetahuan, seni, budaya, dan berbagai keterampilan lainnya, baik tingkat local, regional maupun nasional.
    Para alumninya, banyak diterima diberbagai perguruan tinggi negeri. Salah satu siswinya, Shofy Maryam, bercita-cita melanjutkan studi ke Kairo Mesir. Siswi kelas II ini, sering menjuarai berbagai kejuaraan –baik tingkat local, regional, maupun nasional. Lisannya, sangat fasih berbahasa Arabnya. Sekarang, dia terpilih menjadi anggota regu Musabaqah Syarhil Qur’an (MSQ) kota Malang. Dipersiapkan mengikuti MTQ ke XXV Tingkat Provinsi Jawa Timur bulan Juni mendatang di Surabaya. Kalau dia lolos dalam MTQ Jatim mendatang, dia dikirim ke MTQ Nasional 2014 di Kepulauan Riau.
    Tentu masih banyak, dan perlu ditambah lagi -baik kuantitas maupun kuwalitas madrasah seperti MAN 3 Malang itu di seluruh penjuru tanah air. Dari sana, diharapkan dapat meraih kembali kejayaan Islam setapak demi setapak, dimasa mendatang.
    Bila dunia semakin langka dengan orang berilmu, gelap-lah jadinya. Penghuninya-pun semakin tak beraturan. Bahkan Fikiran dan perilaku manusia, tidak mencerminkan fitrah insani. Manusia semakin angkuh dengan dirinya. Tidak ada orang lain yang mereka kenal. Rasa kasih sayang memudar. Cinta empatik terkikis. Keserakahan tumbuh di mana-mana. Kepedulian sirna. Kejujuran tiada. Tragisnya, keharmonisan hubungan antarsesama punah.
    Di sisi lain, banyak orang kehilangan dirinya sendiri, karena ia gagal memaknai kesulitan, cobaan, dan rintangan sebagai ujian. Padahal, sunnatullah menentukan bahwa setiap kesulitan, di sana ada kemudahan. Di balik kesempitan ada kelapangan, dan di antara rintangan ada jalan keluar.
    Dalam kehidupan dunia, jatuh dan bangun adalah suatu hal yang biasa. Dibutuhkan mental yang tahan banting, ulet, focus dalam usaha mewujudkan impian menjadi kenyataan. Di sini, peran ilmu pengetahuan sangat fital. Di sini pula, perlunya mewujudkan lembaga-lembaga pendidikan berkualitas.
    Terbukti, dari gemblengan tarbiyah al-Islam pada zaman Nabi Saw, lahir-lah generasi muda –seperti Sayidina Ali bin Abi Thalib. Dia, pemuda cerdas, cekatan, kreatif, berani, dan mennjadi kuncinya ilmu pengetahuan. Penegak kebenaran. Sekaligus, menantu Rasulullah Saw.
    Lalu, muncul Abdurrahman Ad-dakhil. Dalam sejarah Islam, tokoh yang mendapat gelar “ad-dakhil” adalah seorang anak muda keturunan Bani Umaiyah. Dia, lolos dari pembantaian Al-Hajaj bin Yusuf, salah seorang jenderal Abbasiyah yang menaklukkan Daulah Amawiyah.
    Akan tetapi, di kemudian hari, anak laki-laki keturunan Bani Umaiyah itu justeru berhasil membangun kerajaan Islam di Andalusia, Spanyol, yang sangat terkenal dalam sejarah Islam. Dan, dia diberi gelar oleh sejarawan dengan sebutan Abdurrahman Ad-dakhil. Artinya, Abdurrahman sang pendobrak, sang penerobos, sang penakluk. Atau, sang pembuka jalan-baru sejarah Islam di bumi Eropa.
    Belakangan, lahir pula, K.H. Ahmad Dahlan. Beliau mendobrak koloni yang mengabaikan pendidikan Islam di Indonesia. Pada tahun 1912, mendirikan Muhammadiyah. Kemudian, dari pemikiran beliau, berdirilah sekolah-sekolah Islam system klasikal, modern.
    Lahir pula Gus Dur. Nama kecilnya Abdurrahman Ad-dakhil. Cucu pendiri NU, Hadratus Syekh KH. Hasyim Asy’ari. Gus Dur, generasi yang kaya ide, teguh penderian. Pendobrak kejumudan. Penjebol kebuntuan. Pelopor demokrasi. Berorientasi pada minoritas. Harismatik. Dipercaya bangsanya –menjadi Presiden RI ke IV tahun 1999.
    Dari pengaruh pendidikan (Islam) yang berkuwalitas pula, kini menyusul H. Dahlan Iskan. Beliau, jebolan Madrasah Aliyah Pesantren Sabilul Muttaqin (PSM) Takeran Magetan. Walau tidak dapat dipersandingkan dengan generasi sebelumnya tadi, namun, beliau menjadi kebanggaan bangsa Indonesia –dalam kiprahnya, menerangi tanah airnya.
    Beliau, lahir sebagai pendobrak kebekuan, pembersih lembaga kementeriannya, pembuka jalan buntu, penerang sudut-sudut tanah air yang gelap gulita. Pejabat yang tidak mau digaji dan tidak menerima fasilitas dari negara. Bila presiden Soekarno masih hidup, tentu dia akan bilang, “Berikan kepadaku sepuluh pemuda seperti Dahlan Iskan, maka, akan aku rombag dunia ini (lebih baik)”.
    Kini, bagaimana umat Islam Indonesia, sanggup mencetak lagi generasi model Ali bin Abi Thalib, Abdurrahman Ad-dakhil, KH. Ahmad Dahlan, Gus Dur, dan Dahlan Iskan. Mampukah membangkitkan dunia Islam (lagi) dari bumi Indonesia. Semoga. (AS)

  8. Perempuan dan Karier
    Drs. H. Athor Subroto, M. Si
    Dosen STAIN Kediri Jawa Timur

    Bulan April, lahirnya semangat kaum perempuan Indonesia ber-emansipasi. RA Kartini, mendobrak tembok raksasa yang telah mengungkung kaum perempuan berabad-abad. Kini, mereka ikut membangun negeri. Ada yang jadi presiden, gubernur, bupati, walikota, camat, dan kepala desa. Itu, hasil gebrakan RA Kartini. Bagaimana kartini-kartini sekarang ?
    Islam memandang, tugas perempuan sebagai ibu dan isteri -sangat penting, dan suci. Siapapun -sama sekali tidak akan bisa menggantikan tugas ini. Sosok pembantu, baby sister, atau lainnya, tidak dapat menggantikan tugas seorang ibu sampai akhir nanti. Apalagi, sebagai pendidik anak -yang secara luas membentuk masa depan bangsa –di negeri tercinta ini.
    Memang benar, tidak ada satupun ketetapan dalam Islam yang shahih -melarang wanita untuk bekerja -bila kondisi sangat mendesak. Misalnya, (maaf) dia diceraikan atau ditinggal wafat suami, ia harus menghidupi dirinya sendiri.
    Pada saat yang sama -tidak ada seorangpun yang (mau) menanggung kebutuhan hidupnya. Sedang dia, dapat berusaha untuk menjaga kehormatan dirinya –tidak meminta kepada siapapun. Wanita seperti ini -tidak begitu saja mudah disalahkan –kalau dia bekerja. Justeru malah harus dihormati, seperti Khadijah. Sebelum menjadi isteri Nabi Saw, beliau janda. Tetapi berpredikat konglomerat, dan terhormat.
    Atau terkadang, keadaan pihak keluarga yang mengharuskan seorang perempuan untuk bekerja. Membantu ayahnya yang sudah berusia lanjut. Sebagaimana dalam kisah Nabi Musa di negeri Madyan -bersama dengan dua orang putri Nabi Syuaib -yang menggembalakan kambing ayahnya. (QS. al-Qashash [28]: 23)
    Namun yang perlu diperhatikan -jika harus bekerja di luar rumah, seorang perempuan dituntut untuk memperhatikan beberapa syarat yang diatur agama. Mengapa, agar terhindar dari kejamnya fitnah. Dan, usahanya membawa berkah.
    Pertama, mendapat izin kedua orangtua, atau suami.
    Izin dari kedua orangtua, atau suami (apabila telah menikah), adalah wajib secara syar’i. Seorang istri tidak diperkenankan keluar rumah kecuali dengan izin suami. Karena, hukum asal bagi setiap perempuan adalah senantiasa berada di dalam rumahnya. Sebagaimana firman Allah Swt, artinya: “Dan tinggal-lah kalian (para wanita) di rumah-rumah kalian, dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu…” (QS. Al-Ahzab [33]: 33)
    Ibnu Katsir berkata, ayat ini menunjukkan bahwa perempuan tidak boleh keluar rumah kecuali ada kebutuhan. (Tafsir Al-Quran Al-Adzim: 6/408). Syaikhul Islam berkata, tidak halal bagi seorang wanita untuk keluar rumah tanpa izin suaminya. Jika ia keluar rumah tanpa izin suami, berarti ia telah berbuat nusyuz (durhaka kepada suami).
    Kedua, pekerjaan yang tidak haram.
    Misalnya, menjadi sekretaris pribadi seorang direktur atau pimpinan kantor. Membuat dia -menjadi sering ber-ikhtilath (bercampur baur dengan laki-laki). Juga, ber-khalwat (bersunyi-sunyi) dengan laki-laki lain, atau dengan direktur atau pimpinannya. Ini yang tidak dikehendaki agama.
    Ada Hadits Nabi Saw:“Dari Ibnu Abbas, bahwasanya Rasulullah Saw bersabda, ‘Janganlah seorang laki-laki berkhalwat dengan seorang wanita kacuali jika bersama dengan mahram sang wanita tersebut.’ Lalu berdirilah seseorang dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, istriku keluar untuk berhaji, dan aku telah mendaftarkan diriku untuk berjihad pada perang ini dan itu,’ maka Rasulullah Saw bersabda, ‘Kembalilah!, dan berhajilah bersama istrimu.” (HR. Bukhari no. 5233 dan Muslim 2/975)
    Ini maknanya, seorang laki-laki dan perempuan, tidak diizinkan oleh agama berduaan atau bepergian tanpa ada mahram perempuan itu. Bahkan pergi haji-pun, diharuskan ada mahramnya.
    ِKetiga, dapat menjaga kehormatan serta kemuliaan dirinya.
    Semaksimal mungkin untuk menutup pintu-pintu fitnah dan gossip. Caranya, menyembunyikan auratnya secara sempurna di hadapan pria yang bukan mahramnya. Menjauhi hal-hal yang dapat memicu timbulnya fitnah, baik cara berpakaian, berhias, bersikap, bertutur kata, bergaul, dan lain sebagainya. Tidak kalah penting, hindari (hanya) berduaan di suatu tempat dengan orang lain.
    Akan lebih terjaga lagi –bila perempuan karier memiliki kepekaan yang tinggi terhadap sinyal-sinyal merah dari direkturnya. Bila menangkap sinyal seperti itu, seyognya tugas apapun –dikembalikan secara santun kepadanya. Lebih terhormat, bila ia memilih tugas yang lain. Tugas yang tidak ber-resiko.
    Lebih cerdas lagi, bila pimpinan menahan diri dari keinginan memilih wanita cantik menjadi sekretaris atau orang dekatnya di kantor. Kalau terpaksa memilih perempuan -dengan pertimbangan lebih taat, cermat dan teliti -pilihlah yang tidak rupawan. Syukur, memilih yang badannya besar. Wajahnya tidak menggoda. Demikian itu -tidak (mudah) mengundang selera dan nafsu. Insya Allah model direktur seperti ini, bisa menjadi juru selamat, baik bagi dirinya, karyawatinya, maupun keluargnanya. Apakah ada pimpinan yang mau seperti itu? Insya Allah ada.
    Jangan malah sebaliknya, karyawti rupawan yang tugasnya agak jauh, didekatkan dengan ruang kerja direktur, dengan tujuan, agar lebih mudah ditengok. Sering dipanggil, diberi tugas (walau) bukan tupoksinya. Lalu, diminta melaporkan tugasnya ke ruang pimpinan. Direktur seperti ini –(patut disangka) telah melakukan perbuatan yang tidak profesional dan tidak proporsional. Bahkan, masuk kategori menyalahgunakan wewenang. Kan ada job discriptions, mengapa tidak dijadikan acuan? Dumeh dadi direktur. Adigang, adigung, adiguna. Dumeh kuwasa. Wong (mumpung) jadi direktur, kan bisa berkehendak apa yang disuka. Embah-embah zaman dulu mengingatkan “ojo dumeh”. Memberi tugas kepada Kartini Muda itu –hendaknya sesuai jop discriptions-nya. Kira-kira begitu maksudnya.
    Walau (misalnya), tidak melakukan pelanggaran etika dan susila, namun hal itu -sudah patut mengundang berbagai tanda tanya besar dari karyawan lainnya. Ada apa, kok sering kali dipanggil direktur ke ruang kerjanya ?
    Kalau ada direktur yang (suka) demikian, maka –sama halnya dengan merobohkan cita-cita besar RA Katini, emensipasi wanita. Cepat atau lambat -mesti berhadapan dengan seluruh bangsa negeri ini, dan kayawannya sendiri. Bagaimana perasaan orang tuanya atau keluarganya atau suaminya, bila anaknya atau isterinya diperlakukan seperti itu ? Tinggal menunggu waktu.
    Wahai Kartini-Kartini yang mulia, tolong direnungkan dan (kalau mau) diikuti pesan yang tulus dari agama ini -agar harga diri Anda tetap lebih terjaga dan mulia. Seyogyanya –difikir dua-tiga kali, bila sering mendapat tugas dari pimpinan yang tidak sesuai dengan tupoksi. Jangan-jangan, ada udang di balik ‘rempeyek’? Hindari(lah) itu. Harus lebih peka -bila ada sinyal-sinyal mencurigakan. Apakah ucapan, pandangan mata, janji, uang, fasilitas, ataupun hadiah dari direktur. Jangan malah merasa senang dan bangga. Itu nafsu. Hampir seratus persen nafsu itu, mendorong kepada hal-hal yang buruk. (QS. Yusuf [12]: 53). Bisa mendatangkan malapetaka, dan penderitaan. Mengapa (masih) tidak (mau) percaya ?
    Ada baiknya menengok teman-teman lain –yang telah menjadi korban. Tidak sedikit jumlahnya. Akibatnya, rumahtangga -berantakan. Dicerai suami. Anak-anak -menderita. Dunia -menjadi sempit. Hidupnya -memilukan. Fenomena seperti itu -adalah guru yang paling baik bagi kaum perempuan yang ingin menjaga harga dirinya -tetap terhormat. Pepatah mengatakan: experience is the best teacher, pengalaman adalah guru yang terbaik.
    Tolong diingat -pesan yang satu ini, sampai menjelang purna tugas(Mu) nanti. Belum tentu -Anda mendapat pesan dari siapapun seperti ini –sampai ajal(Mu) nanti. Maka, camkanlah dengan sepenuh hati.
    Ada survey yang sangat mengejutkan di Negeri Paman Sam beberapa waktu lalu. Disebutkan, para sekretaris wanita di Amerika Serikat, mengalami kejahatan seksual diwaktu kerja. Red Book Magazine, menyebarkan 9.000 angket untuk pegawai wanita. Hasilnya, 90% mereka telah menjadi korban kejahatan seksual. Sungguh mengerikan sekali. Mengapa karyawati (mudah) terjebak-cinta dengan pimpinannya ? Sebab, ia sering menerima sesuatu dari bos-nya. Bagaimana di sini ?
    Ada doa Rasulullah Saw agar dihindarkan dari berbagai fitnah. Ini doanya: Ya Allah, sungguh aku berlindung kepada-Mu dari siksa jahanam, dan dari siksa kubur, dan dari fitnah (disaat) kehidupan dan kematian, dan dari buruknya fitnah Dajjal”. (HR. Muslim).
    Kalau doa ini dibaca pagi-petang, insya Allah akan dihindarkan dari kejamnya fitnah semasa hidup dan setelah wafat nanti. Andai tertimpa fitnah, akan dipelihara hatinya oleh Tuhan Pemelihara alam semesta.
    Keempat, komitmen untuk berpegang teguh dengan akhlak wanita shalihah.
    Misalnya, dengan menjaga sifat malunya, tidak bertingkah genit, serta mendayu-dayu dalam berbicara di depan pria lain. Dengan maksud, agar mendapat perhatian khusus dari direktur nya. Allah Swt berfirman, artinya:
    “Maka janganlah sekali-kali kalian melunak-lunakan ucapan sehingga membuat condong orang yang di dalam hatinya terdapat penyakit, dan berkata(lah) dengan perkataan yang baik”.(QS. Al-Ahzab [33]: 32)
    Kelima, pekerjaannya sesuai dengan kodrat sebagai seorang perempuan.
    Perlu ditekankan, bahwa syariat Islam telah menjamin kehidupan yang tenang dan damai bagi perempuan. Kewajiban untuk mencari nafkah -dibebankan kepada kaum lelaki. Semua ini menunjukkan akan besarnya penghormatan Islam terhadap kaum perempuan. Kaum Hawa, hendaknya bekerja sesuai kodratnya. Jangan melebihi dari itu. Jangan karena alasan emansipasi dan perasaan gengsi untuk tidak mau kalah dengan kaum pria, kemudian beban tersebut diambil alih sang isteri.
    Semoga kaum perempuan, baik sebagai ibu yang mendidik anak di rumah, maupun yang ikut bekerja membanting tulang, memeras keringat, diampuni segala dosanya. Disediakan tempat yang mulia dan indah di akhirat kelak. Semoga. (AS)


Tinggalkan komentar

Kategori